Operant Conditioning

Place Learning
Dalam percobaannya yang pertama untuk menguji proses belajar dari sudut pandang kognitif, Tolman mendesain sebuah labirin yang ditinggikan. Tikus-tikus yang menjadi hewan percobaan berlari dari titik A di seberang meja bundar  terbuka melalui titik CD (yang memiliki dinding gang) dan akhirnya ke titik G, dimana kotak makanan disediakan. Sementara itu H adalah cahaya yang bersinar langsung pada jalan turun dari titik G ke F. Setelah empat malam (tiga percobaan per malam), di mana tikus belajar untuk berjalan secara langsung dan tanpa ragu-ragu dari A ke G, alat percobaan diubah menjadi ledakan matahari. Jalan awal dan meja tetap sama namun serangkaian jalur memancar ditambahkan.
Tikus-tikus itu kembali berlari dari titik  A  lalu melintasi meja bundar ke gang dan menemukan diri mereka diblokir. Mereka kemudian kembali ke meja dan mulai menjelajahi hampir semua jalan memancar sebelum akhirnya menemukan jalan yang tersingkat untuk mencapai kotak makanan tersebut.
Dari percobaan tersebut, Tolman menyimpulkan bahwa tikus-tikus itu telah belajar peta kognitif dari titik A (tempat dimana tikus mulai berlari) sampai ke titik G (kotak makanan). Peta kognitif ialah kesadaran mental yang didapatkan dari struktur ruang fisik atau unsur-unsur yang terkait.
Dalam merumuskan peta kognitif, Tolman menguji apa yang disebut sebagai belajar respons (response learning) dan belajar tempat (place learning). Response learning terjadi ketika tikus tahu bahwa dengan menempuh jalan tertentu dalam labirin akan mengantarnya pada makanan. Sedangkan place learning terjadi setiap kali tikus belajar untuk mengasosiasikan adanya makanan di suatu tempat tertentu. Tolman kemudian menemukan bahwa semua tikus dalam labirin baru bisa menempuh jalur yang benar setelah 8 kali trial dan tidak ada yang bisa belajar dengan cepat dalam response-learning, bahkan beberapa tikus tidak belajar sama sekali setelah 72 trial.

Latent Learning
Latent learning atau belajar laten adalah teori belajar yang tidak diwujudkan dalam performance atau dengan kata lain belajar laten merupakan belajar yang tidak mendapat penguatan yang tidak secara langsung ditampilkan ke dalam perilaku. Belajar laten merupakan teknik belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal tersebut dinyatakan dalam perilaku.
Eksperimen teori belajar laten yang paling terkenal dilakukan oleh Tolman dan Honzik (1930) dengan melibatkan tiga kelompok tikus yang mencoba belajar untuk memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur). Kelompok pertama, tidak pernah diperkuat untuk melintasi jalan yang simpang siur. Kelompok kedua, selalu diperkuat, sedangkan kelompok ketiga tidak diperkuat sampai percobaan hari kesebelas.
Nah, berdasarkan teori belajar laten, kelompok ketiga akan belajar di jalan simpang siur sama halnya dengan kelompok yang diperkuat secara teratur dan ketika penguatan diperkenalkan pada hari kesebelas, kelompok ini akan melakukan hal yang sama seperti kelompok yang secara terus menerus diperkuat.

Insight Learning and Learning Sets
Wolfgang Kohler melakukan eksperimen pada Simpanse untuk mendukung teorinya tentang Insight Learning and Learning Sets di Pulau Canary pada tahun 1913-1920. Berikut adalah eksperimen yang dilakukan oleh Wolfgang Kohler:

Eksperimen I
Wolfgang Kohler membuat sebuah sangkar yang didalamnya telah disediakan sebuah tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas sangkar diberi buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse berusaha untuk mengambilnya namun selalu mengalami kegagalan. Dengan demikian Simpanse mendapat masalah dalam dirinya, yaitu bagaimana caranya untuk mendapatkan buah pisang agar dapat dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah pengertian bahwa untuk meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.

Eksperimen II
Pada eksperimen yang kedua, masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama yaitu bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi dua tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu mengalami kegagalan karena buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba muncul insight (pemahaman) dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut. Dengan kedua tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil buah pisang yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh Simpanse ini berhasil.

Eksperimen III
Dalam eksperimen yang ketiga, Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar, Simpanse, dan buah pisang. Namun dalam eksperimen ini di dalam sangkar diberi sebuah kotak yang kuat untuk bisa dinaiki oleh Simpanse. Pada awalnya Simpanse berusaha meraih pisang yang digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Kemudian Simpanse melihat sebuah kotak yang ada di dalam sangkar tersebut, maka timbullah insight dalam diri Simpanse yakni mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibawah pisang. Selanjutnya, Simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.

Eksperimen IV
Eksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam sangkar diberi dua buah kotak. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Dengan pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas susunan kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas sangkar dengan tangannya. 

Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Kohler menjelaskan bahwa Simpanse dalam percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Percobaan tersebut menjelaskan bagaimana Simpanse dapat memecahkan masalahnya dengan insight yang dimilikinya dimana insight tersebut digunakan untuk memecahkan permasalahan lainnya.
Insight learning adalah sebuah bentuk pemecahan masalah pada saat organisme memiliki pemahaman mendalam/ insight (ide) secara tiba-tiba terhadap suatu  masalah untuk memahami dan memecahkan masalah tersebut.

Sumber web: http://psychclassics.yorku.ca/Tolman/Maps/maps.htm
Bottom of Form